Mengembalikan seni ke jalan yang benar

Salah satu yang ke-khas-an masyarakat bentong -- Desa Bulo-Bulo, Kabupaten Barru -- adalah kemampuannya dalam memainkan alat musik gambus. Kemampuan ini telah dimiliki secara turun temurun dan diajarkan secara budaya. Permainan musik gambus dimaknai sebagai nyanyian hati oleh masyarakat bentong. Kadang dimainkan dengan alunan nada yang pilu, dilain kesempatan juga didendangkan dengan suka cita.

Para pemain musik gambus masyarakat Bentong ini kerap diundang sebagai pengisi acara di tingkatan desa hingga kabupaten. Tidak jarang pula beberapa kali mereka menampilkan keahlian dalam bermain gambus di Kabupaten tetangga. Hingga akhirnya kelompok ini bubar dengan sendirinya karena tidak adanya keseriusan dari pemerintah desa dalam mengurisnya. 

Praktis, permainan gambus ini sudah hampir 7 tahun tidak pernah didengar lagi oleh masyarakat bentong. Orang-orang yang lihai memainkannya sudah sedang sibuk dengan urusannya masing. Alat-alat musik sederhana (swadaya) yang dulu digunakan, sudah tidak diketahui keberadaannya. Senandung lagu masyarakat bentong seolah hilang ditelan sunyi bersama listrik yang tak kunjung datang.

Semangat warga untuk mengembalikan ingatan akan musik gambus membuat pemuda desa menggali kembali kemungkinan akan hal tersebut. Melalui pendampingan SCF dengan didukung oleh Kemitraan melalui Program Peduli, sekelompok pemuda desa menginisiasi untuk menemukan kembali para  pemain gambus.

Gayung bersambut, kesepuluh pemain gambus berhasil duduk bersama dan bersepakat untuk bermain kembali. Pada Juli 2015 terbentuklah kelompok seni masyarakat bentong yang baru, lebih fresh dan sedikit lebih modern. Bantuan alat musik yang diberikan dilengkapi dengan dilengkapi dengan colokan untuk menjembatani kabel Jack kea alat pengeras suara. Kembalinya musik gambus telah memecah keheningan desa Bulo-Bulo.

Pada 19 september 2015, kebangkitan seni musik gambus masyarakat bentong telah menemukan jalannya. Puluhan warga  Desa Bulo-Bulo memadati aula kantor desa demi menikmati pentas seni musik gambus yang dimainkan oleh pak cipere’ Dkk. Seolah menemukan kembali kenangan yang telah hilang, warga tersebut enggan meninggalkan tempatnya hingga larut.

Kini, hampir tiap malam minggu mereka bermain di aula desa. Raut wajah ceria terpancar dari wajah mereka. Keheningan yang selama ini menyelimuti desa, berganti dengan senandung rindu yang dimainkan dari hati.

Pemerintah desa tidak tinggal diam. Tidak ingin terjebak di kesalahan yang sama, komunitas kesenian ini kemudian difasilitasi dan kemudian dimasukkan dalam RPJM Desa. Setidaknya eksistensi komunitas ini akan bertahan hingga 6 tahun kedepan. 

Komentar

  1. Review of the Merkur 23C Black Leather Review
    This Merkur is one of the most 메리트 카지노 쿠폰 polished and polished versions of the classic หาเงินออนไลน์ wet shaving razors, it has a design 바카라 사이트 reminiscent of the Merkur 34C, and has an excellent

    BalasHapus

Posting Komentar